Desain Cover Majalah Kampus, Desain Halaman Isi Majalah Kampus, Fotografi Majalah Kampus, Tipografi Majalah Kampus
Peran desain atau perwajahan dalam penerbitan pers belakangan tampak lebih dominan. Penampilan visual media cetak kini dituntut lebih atraktif, kreatif, dan persuasif untuk tujuan merebut perhatian pembaca. Tidak terkecuali “majalah kampus”. Jika aspek perwajahan tidak digarap secara menarik, jangan terlalu berharap akan dibaca. Sebab pembaca telah terbiasa "dimanjakan" matanya oleh desain-desain yang menarik dan menyenangkan mata. Pengelola majalah saat ini tidak cukup hanya mengandalkan kualitas isi (berita/naskah), kendati aspek verbal ini amat penting. Harus disadari bahwa aspek visual (desain grafis) memiliki peran sangat strategis dan efektif untuk memikat calon pembaca. Majalah kampus idealnya memiliki dua bidang keredaksian, yakni Redaktur Naskah (Verbal Editor) dan Redaktur Artistik (Visual Editor). Redaktur Naskah berurusan dengan kualitas isi (content) termasuk menentukan formula, seleksi naskah, membuat judul yang menarik, mengedit bahasa, dan sebagainya. Sedangkan Redaktur Artistik bertugas mengkomunikasikan naskah menggunakan unsur-unsur visual seperti huruf, foto, ilustrasi, warna, garis, dan elemen grafis lainnya sehingga naskah-naskah tadi dapat ditangkap oleh pembaca secara mudah, menyenangkan, dan mengesankan.
SASARAN PEMBACA MAJALAH KAMPUS
Bagaimana desain majalah dikatakan baik? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab, karena memang tidak ada patokan baku untuk memastikan desain majalah yang baik. Meskipun demikian, desain majalah yang dianggap baik umumnya memiliki kriteria: mudah dibaca, komunikatif, menarik dan menyenangkan sasaran pembacanya. Pendekatan pertama dalam merancang majalah kampus adalah mengkaji formula atau konsumsi naskah yang hendak disajikan. Pahami dengan baik siapa sasaran pembaca yang dituju dan sajian apa yang sekiranya menarik. Apakah ia seperti TEMPO dan GATRA yang memiliki gaya santai tapi ilmiah, atau semacam Kawanku dan CosmoGIRL! yang membidik remaja kota, elit, trendy, dan terpelajar? Setiap majalah seharusnya memiliki sasaran pembaca yang jelas. Dari sinilah seorang desainer mulai bekerja, menentukan image perwajahan majalah (the kind of a look) yang sesuai dengan mood pembacanya.
COVER MAJALAH KAMPUS
Cover atau sampul majalah kampus punya peran sangat strategis untuk menarik perhatian pembaca. Kalau diumpamakan toko, cover ibarat etalase atau window-display. Usahakan agar desain sampul berteriak "LOOK AT ME!" atau "TAKE ME, NOW!". Cover majalah harus dapat mengiklankan dirinya sendiri. Beberapa aspek berikut perlu dipertimbangkan. · Cover harus memiliki ciri khas atau identitas, ia harus tampil beda dari yang lain sehingga pembaca dapat dengan mudah mengenalinya, terutama kalau ia dipajang bersama dengan majalah-majalah lain.
Cover majalah kampus harus punya stopping-power yang kuat untuk merampok perhatian pembaca, untuk menghipnotis calon pembaca.
Secara visual harus berani bersaing ketika dipajang di kios penjualan bersama majalah-majalah lain. Usahakan tampil segar, original dan kreatif. · Ciptakan mood yang sesuai dengan selera pembaca melalui komposisi warna, tipografi, foto, dan aspek visual lainnya. Misal untuk majalah remaja, diperlukan warna-warna yang mencolok, kontras, dengan ilustrasi foto yang trendy dan pemilihan huruf (tipografi) yang dinamis.
Elemen-elemen visual yang perlu di-display pada sampul majalah umumnya meliputi: ·
Logo/Logotype atau nama majalah. Gunakan jenis huruf yang impresif, simpel, dan komunikatif.
Nomor penerbitan/edisi dan tanggal-bulan-tahun.
Harga eceran.
Judul-judul naskah yang menarik, biasanya Laporan Utama dan artikel-artikel eksklusif/fenomenal. · Unsur visual, berupa foto, ilustrasi, dan tipografi.
Iklan (misal: BONUS POSTER, BONUS CD, dll.)
Elemen-elemen di atas disusun dengan memperhatikan kaidah-kaidah desain (dibicarakan pada sesi lain), dengan senantiasa mengutamakan kaidah komunikasi – NOT just ART!
HALAMAN DALAM MAJALAH KAMPUS
Tugas desainer tidak hanya merancang cover. Pekerjaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah menggarap layout halaman dalam. Setelah calon pembeli tertarik pada cover majalah dan kemudian membukanya, tugas desainer berikutnya adalah mengajak atau membimbing calon pembaca untuk menyimak halaman demi halaman hingga timbul keinginan untuk membaca (membeli). Perlu diingat bahwa pembaca pada saat membuka majalah selalu melihat halaman kiri dan kanan sekaligus, maka dua halaman yang berhadapan harus dirancang sekaligus dalam satu kesatuan. Penempatan elemen visual (foto, teks, garis, dll) di halaman kiri harus seimbang dengan halaman kanan. Untuk menciptakan kemudahan baca (readability) dan kenyamanan baca (legibility), ada dua aspek desain yang perlu diperhitungkan, yaitu tipografi dan fotografi.
TIPOGRAFI
Tipografi atau susunan huruf dalam desain majalah merupakan elemen paling berperan untuk mewujudkan kenikmatan dan kemudahan baca. Di komputer tersedia puluhan bahkan ratusan jenis huruf (font). Cara terbaik untuk memilih huruf adalah dengan mempertimbangkan apakah huruf tersebut “mudah dibaca”? Huruf yang terbaik untuk media cetak adalah huruf yang punya nilai keterbacaan tinggi. Jangan sekali-kali berfikir "cari huruf yang artistik biar pembaca tertarik…." Salah besar! Artistik memang perlu, tapi nilai komunikasi lebih diutamakan. Nilai keterbacaan setidaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini. · Jenis huruf (font) · Ukuran huruf (point size) · Lebar setting (line length) · Spasi (baris, huruf, kata) · Bentuk susunan (alignment) · Variasi huruf (style)
FOTOGRAFI
Halaman majalah yang hanya dipenuhi teks, tanpa satupun foto, akan tampak seperti lapangan bola. Boring. Setiap naskah atau berita diusahakan ada foto atau ilustrasi. Secara visual foto memiliki daya tangkap (eye-catching) yang kuat. Lebih dari itu, foto yang memiliki bobot jurnalistik mampu bercerita tentang fakta-fakta yang sulit dijelaskan secara verbal. Pembahasan mengenai fotografi jurnalistik diperbincangkan pada sesi tersendiri. Satu hal perlu diingat, perkembangan fotografi jurnalistik saat ini telah melompat jauh, baik peralatan, teknik, maupun tuntutan kualitasnya. Foto jurnalistik kini dituntut memiliki public-interest yang tinggi, tidak hanya menarik bagi seseorang atau sekelompok tertentu saja. Tugas utama desainer dalam penanganan foto adalah menyusun dan menggabungkannya dengan teks sesuai dengan prinsip-prinsip layout.
Buku Bacaan
Garcia, Mario. 1981. Newspaper Design. London: Prentice-Hall, Inc.
Nelson, Roy Paul. 1983. Publication Design. Third Edition. Iowa: Wm.C.Brown Company Publishers.
Swann, Alan. 1987. How to Understand and Use Design and Layout. Ohio: North Light Books.
Rakhmat Supriyono, lahir di Kebumen Jawa Tengah, 1958. Pernah menjabat Redaktur Artistik di salah satu surat kabar di Yogyakarta, desainer majalah, surat kabar, tabloid, dan buku. Kini mengajar Komputer Grafis, Desain Komunikasi Visual, dan Fotografi.
Selasa, 22 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Salam kenal pak! Saya ummu mahasiswi UIN Jakarta, terimakasih infonya tetntang cover majalah.
Saya mahsiswi jurnailstik, lagi cari2 info tentang produksi media cetak, salhsatunya ttg unsur2 cover majlah.
selamat malam...
tepat banget tempat saya sedang rilis majalah kampus (fakultas) mohon bimbingannya...
Posting Komentar